Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Raisa
● online
Raisa
● online
Halo, perkenalkan saya Raisa
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 09.00 WIB s/d jam 21.00 WIB, Sabtu, Minggu Tetap Buka Kecuali Hari Besar Tutup
Beranda » Blog » Siapa Tak Kenal JAKOZ, Ini Dia Kisah Perjalanan Bisnis Ownernya

Siapa Tak Kenal JAKOZ, Ini Dia Kisah Perjalanan Bisnis Ownernya

Diposting pada 4 Agustus 2018 oleh / Dilihat: 1.079 kali

Berita ini dirilis, 13 Agustus 2016

 

Jambi — Beberapa tahun belakangan Jambi telah menjadi tujuan wisata yang mulai dipertimbangkan wisatawan asing dan mancanegara. Potensi sejarah, budaya dan keindahan alam Jambi menjadi daya tariknya.

Namun berwisata takkan lengkap tanpa buah tangan sebagai oleh-oleh yang menautkan kenangan wisatawan dengan tempat wisata yang dikunjunginya. Hal inilah antara lain yang menggerakkan Berlian Sentosa, seorang pemuda Jambi berjiwa bisnis tinggi untuk mulai berkreasi dan memanfaatkan nilai wisata Jambi dengan membuka usaha.

Siapa tak kenal JAKOZ? Singkatan dari Jambi Punya Kaos. Brand ini merupakan bentuk nyata dari aksi nekat Ian, sapaan Berlian Santosa untuk memberikan suguhan oleh oleh berbumbu Jambi yang kini menjadi incaran wisatawan yang berkunjung.

Saat ditemui di gerainya yang cukup besar, di daerah Sungai Kambang, Berlian Sentosa, owner Jakoz ini menceritakan perjuangannya jatuh bangun menjalankan usaha ini.

“Awalnya saya dulu kerja di perusahaan farmasi asing Perancis dan Jerman di daerah Solo. Saya merasa jenuh dengan posisi saya sebagai pegawai perusahaan itu karena kan basic saya adalah seorang penulis,” kenang penulis novel sejarah Chan Pi ini.

”Waktu itu tahun 2005 saya sempat pulang ke Jambi dan berfikir apa yang pantas saya bawa dari Jambi ini yang sifatnya oleh oleh khas Jambi dan bisa membuat kita bangga sebagai putra Jambi. Akhirnya saya mengundurkan diri dari perusahaan itu dan saya mencoba untuk berwirausaha,” cerita Ian.

Ian berkisah awalnya di Solo ia sempat usaha jual burger, kemudian buka toko plastik dan roti, hingga akhirnya ia buka konveksi dengan nama Raja Kaos.

”Dari konveksi itulah saya dapat ide untuk membuat oleh oleh khas Jambi berupa kaos. Jasi Jakoz ini sebenarnya lahir di Solo tahun 2007,” tambah Ian.

Tidak mudah menjadi wirausaha, kata Ian. Hal inilah yang berusaha ia tunjukan hingga dapat bertahan sejauh ini. Ian juga bermaksud menantang mitos yang sering menghalangi kreatifitas seseorang.

“Dalam Jakoz ini saya tidak hanya berjualan baju namun ada visi dan misi yang hingga saat ini menjadi tujuan utama kita, yaitu bagaimana kita menjual Jambi,” ujarnya.

Tapi eits tunggu dulu, maksud Ian menjual Jambi adalah memperkenalkan budaya dan sejarahnya dengan media kaos kepada wisatawan yang berkunjung ke Jambi.

”Dan tagline Jakoz sendiri kan kaos berbumbu Jambi, ini sering menjadi pertanyaan wisatawan yang berkunjung, kenapa tidak membuat kaos budaya Jambi atau kaos khas Jambi?. Nah karena basic saya penulis maka saya bermain dengan kata kata yang disebut diksi. Banyak yang mengira Jakoz ini resto karena diksi yang saya gunakan,” cerita Ian sambil tertawa kecil.

Lelaki ramah ini menceritakan bahwa Jakoz sebenarnya bermula di Agustus 2007, namun Ian mengambil ulang tahun Jakoz yang terinspirasi dari ibu Kartini.

”Akhirnya saya ambil bulan April tanggal 13 tahun 2008, kenapa ada 13nya? Saya sengaja memilih angka 13 karena banyak orang menghindari angka 13 yang dianggap sial sedangkan bagi saya tidak ada sial, semua sama saja asalkan mau berusaha dan saya ingin membuktikan bahwa kita bisa melewati hal hal yang kita takuti dan kita harus mengalahkan diri sendiri,” tambah Ian.

Resiko yang diambil berlian dengan pemikiran nekat hingga mengorbankan pekerjaannya ini diakuinya tidak pernah membuat dirinya menyesal. Baginya membuka usaha bukan hanya mencari keuntungan namun juga menghasilkan karya. Selain hobi Berlian dalam menulis yang mendorongnya berhenti dari pekerjaan kantoran dan memilih berwirausaha.

“Saya selalu merasa senang saat menulis dan saya tidak pernah menyesal memilih berhenti bekerja dari perusahaan tersebut. Saat ini mungkin orang yang belum paham menganggap bahwa Jakoz hanya menjual kaos, tapi tidak, saya disini menjual karya, saya menjual budaya Jambi dan sejarahnya, jadi saya tidak ingin ini dihargai murah karena ide, pemikiran dan pengetahuan merupakan hal yang mahal,” ujar Ian.

Ian bercerita pernah ada yang bertanya kepadanya kenapa ia menjual kaos dengan harga yang lebih mahal padahal ada di pasar pasar yang menjual kaos dengan desain yang sama tapi harganya lebih murah.

”Ya saya cuma jawab kalau yang saya jual ini bukan cuma kaos tapi lebih dari itu, saya disini menjual karya, ide, pengetahuan dan budaya Jambi. Saya tidak mau hal itu dihargai murah, biar saja di luar sana ada yang meniru desain saya dan menjualnya dengan harga murah tapi nanti orang bakal tau bahwa itu karya saya dan saya ingin karya itu dihargai sehingga pemuda Jambi dan masyarakat lainnya dapat menghargai karya dan produk asli daerahnya bukan yang bajakan,” lanjut Ian.

Walaupun saat ini Jakoz cukup dikenal wisatawan lokal, nasional bahkan mancanegar, namun hasil ini bukan proses yang instan. Banyak kejadian yang diakui Ian menjadi tantangan terberat dalam mempertahankan Jakoz.

“Membuka usaha itu mudah namun mempertahankannya yang sulit, alhamdulilah saya sudah pernah merasakan rintangan itu, bahkan pernah 1 bulan hanya terjual 1 kaos saja, namun itu harus dihadapi dan jadikan pelajaran yang dapat membuat kita lebih kuat kedepannya. Seperti sekarang ini banyak di Jambi muncul clothing lokal baru tapi tidak dapat bertahan, hal itu yang harus kita hindari,” ucap Ian.

Ian menambahkan bahwa ekonomi Jambi yang semakin baik menjadikan Jambi pangsa pasar potensial untuk berwirausaha, namun harus tetap dibekali dengan pemikiran dan keberanian yang kuat untuk menjadi seorang wirausahawan.

Terakhir, Berlian Santosa juga berpesan kepada putra dan putri Jambi yang ingin berkecimpung di dunia usaha, harus punya keberanian dan harus memiliki jati diri agar mampu menghadapi rintangan dalam berwirausaha.

“Kalau mau berwirausaha harus tahu dan pahami dulu seperti apa lingkungan kalian, jangan hanya perduli dengan diri sendiri namun harus perduli juga terhadap lingkungan, dan yang terpenting harus tetap berinteraksi langsung dengan sang Pencipta kita karena kita hidup karena Dia dan rezeki Dia yang memberikannya. Satu lagi jangan pernah menyerah, jangan menjadi orang lain di saat kalian sukses nanti, seperti yang biasanya hemat setelah sukses langsung foya foya, tapi jadilah diri sendiri,” ungkapnya.

Saat ditanyai mengenai omzet Jakoz perbulannya, Ian menyebut angka yang lumayan besar.

“Alhamdulilah saat ini pendapatan kita antara 35 – 100 juta perbulan tergantung kondisi wisatawan yang datang ke Jambi karena kita menjual kualitas premium jadi kita beda dari brand lokal lain,” tandasnya.

Sukses selalu ya kang Ian. (RY)

Sumber: https://www.imcnews.id/read/siapa-tak-kenal-jakoz-ini-dia-kisah-perjalanan-bisnis-ownernya

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagikan ke

Siapa Tak Kenal JAKOZ, Ini Dia Kisah Perjalanan Bisnis Ownernya

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Siapa Tak Kenal JAKOZ, Ini Dia Kisah Perjalanan Bisnis Ownernya

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

WhatsApp chat